Senin, 13 Juli 2009

Mengapaaa Yaaa Mengapaaa Allah

Mengapa Tuhan menciptakan deretan alam dan dan susunan tubuh yang begitu rumit?. Mengapa Ia menciptakan dunia ini yang penuh dengan kesusahan, kesakitan dan peneritaan?

Maka, tanyalah kepada Dia yang telah menciptakannya. Pada waktu Ia menciptakannya, aku tidak berada bersamaNya.

Itu seee kata-kata filusuf...., tetapi sebenarnya ada alasannya. Namun, beberapa hal harus dilihat dulu agar kita dapat mengetahuinya dan bukan memahaminya melalui pembahasan maupun pemikiran.


Kepandaian serta kebijaksanaan manusia hanya sedikit sekali membantu kita. Di atas itu semua, kita harus mengandalkan 'intuisi', mata jiwa yang dapat 'melihat' dan untuk membuka mata tersebut diperlukan pertolongan seorang guru rohani yang sempurna.

Tuhan memberikan kita intelek untuk melakukan pekerjaan duniawi, yaitu dunia fenomena ini. Di atas itu, kebijaksanaan tidak bekerja. dan lagi pula, apakah kebijaksanaan itu? Itu merupakan sari atau hasil dari pengalaman-pengalaman yang kita peroleh melalui indera jasmani d dalam dunia jasmani (dari benda). 

Pada setiap orang, kebijaksanaan itu berbeda. Lingkungan, kondisi hidup, peran yanga besar dalam pembentukan 'kebijaksanaan' atau 'akal sehat', dan hasil-hasil yang diperoleh dari pemikiran tersebut tidak sama setiap orang.

Bila kita sedang marah dan berada di bawah pengaruh nafsu, maka cara berpikir akan sangat berbeda dari manakala kita sedang tenang dan damai. Itu berubah-ubah menurut suasana hati dan masing-masing orangnya, dan itu berbeda-beda sesuai dengan usia.

Ketika masih kecil, sewaktu meningkat dewasa, sewaktu miskin atau selagi kaya, ia berubah mengikuti perubahan yang ada. Bila 'patokan cara berpikir' tersebut selalu berubah, bagaimana kita dapat mengandalkan hasil-hasil 'pengukuran'nya?

Kemampuan otak untuk berpikir sehat hanya cukup untuk mengevaluasi serta memahami apa-apa yang dapat dimengerti oleh indera jasmani. Ia terlalu lemah untuk dapat memahami ''Yang Tak Terpahamkan'. Tuhan serta perbuatan-perbuatan Tuhan hanya dapat dipahami oleh jiwa. Disitu, ia ''Melihat'' dengan jelas dan ''mengetahui'' tanpa berpikir..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

surakarta